Selasa, 25 November 2008

Herbal untuk Saraf Terjepit

Oleh dokter, Badriah didiagnosis mengalami gangguan stroke. Nilai kolesterol baiknya (HDL) kecil, sedangkan kolesterol jahat (LDL) amat tinggi. Kadar trigliserida dan total kolesterolnya juga di atas ambang normal. Menurut Dr. Alfred Sutrisno, Sp.BS, penulis buku Stroke??? You Must Know Before You Get It!, kolesterol memang ikut berperan terhadap terjadinya kasus penyakit jantung dan stroke.

Selain kolesterol yang tak terkontrol, stroke yang dialami Badriah juga akibat kadar gula darahnya cukup tinggi. Sayangnya, Badriah lupa menyebutkan kadar total kolesterol dan gula darahnya waktu terserang stroke.
Selain gangguan saraf di otak, Badriah juga mengalami parkinson. “Kedua tangan ini sering bergerak-gerak sendiri,” tuturnya.

Setelah menjalani berbagai pengobatan tanpa hasil, suatu hari di bulan Juni, Ana, putrinya, melihat papan reklame Kedai Obat Herbal Nyo di daerah Meruya, Jakarta Barat, tempat Njo Swie Jan berpraktik pengobatan tradisional Cina. Ketika itu Ana berharap ibunya menemukan “jodoh pengobatan” atas penderitaan yang dialaminya.

Ana lalu membawa ibunya berobat pada Njo Swie Jan. Lewat tangan Nyo, demikian praktisi ini biasa disapa, Badriah mendapatkan terapi pijat buka saraf dan ramuan herbal Cina.

Empat Kali
Meski kesembuhan stroke sifatnya individu, Badriah merasa beruntung bertemu Nyo. Setelah diterapi sebanyak empat kali dan rutin minum obat herbal Cina, ia mampu menggerakkan kedua kakinya kembali.

Badriah juga sudah bisa secara mandiri pergi ke kamar mandi. Meski demikian, ia merasa perlu terus berobat pada Njo Swie Jan karena bicaranya belum selancar dulu.
Menurut Nyo, stroke tergolong penyakit yang sulit disembuhkan. Jika terjadi gangguan pada organ tubuh, seperti mulut, tangan, dan kaki, penderitanya tidak akan kembali hidup normal.

Banyak orang menyebut pasien stroke tidak akan lama bertahan hidup. Meski begitu, tak sedikit pasien yang sembuh dari kelumpuhan, bahkan dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Semua bergantung pada faktor pencetus stroke dan cara penanganannya.

Pada kasus Badriah, Nyo mengaktifkan kembali saraf-saraf motorik dengan teknik pijat, yang diberi nama terapi buka saraf. Pemijatan hanya dilakukan di daerah pinggang hingga ujung kaki.

Namun, pada banyak kasus stroke, biasanya Nyo menusukkan jarum akupuntur di daerah bokong dan titik-titik persendian. Selain dengan terapi buka saraf, Nyo memberikan ramuan herbal Cina hasil racikannya sendiri.

Herbal Cina yang diberikan Nyo kepada Badriah antara lain chang pu, xiao lang du, yang ti ye, ai ye, dan tou gu caou. Khasiat dari beberapa herbal itu, katanya, untuk menghilangkan angin dan melancarkan peredaran darah.

Herbal itu sudah diblender dan dibentuk bulatan-bulatan. Pasien tinggal menelannya saja. “Saya minum ramuan herbal racikan Nyo 3x2 sehari. Alhamdulillah, 3 hari minum, saya sudah bisa berjalan,” ujar Badriah sumrigah.

Tulang Rawan
Di kliniknya, Nyo tak hanya mengobati gangguan stroke semata. Banyak pasien yang datang dengan keluhan kencing manis, parkinson, batu ginjal, asma, kanker, pengapuran, nyeri sendi, dan saraf terjepit.

Secara khusus, untuk gangguan saraf terjepit di tulang belakang, awalnya Nyo akan melakukan deteksi rabaan. Perabaannya dengan menekankan kedua ibu jari tangan di tiap-tiap ruas tulang belakang, dari bawah ke atas. Bila ada gangguan di masing-masing ruas, ia akan merasakan adanya benjolan. Proses perabaan ini memakan waktu 10 menit.

Setelah mengetahui daerah yang bermasalah, sejurus kemudian ia menanamkan 12 jarum akupuntur di daerah tulang rawan. Tulang rawan adalah rongga di antara persendian ruas-ruas tulang belakang. Cara penusukan jarum akupuntur inilah yang menjadi cirinya. Cuma sedikit terapis akupuntur yang melakukan penusukan seperti Nyo.

Bapak dua anak ini menambahkan, penusukan di tulang rawan untuk mengecilkan pembengkakan yang terjadi akibat gangguan saraf terjepit dan melancarkan peredaran darah. Setelah 1 jam, jarum-jarum akupuntur dilepas. Selanjutnya, ia meresepkan ramuan tradisional Cina.

“Beberapa bahan ramuan yang diberikan untuk kasus saraf terjepit adalah cula badak, niu wang, dan ginseng liar Cina. Semua bahan yang saya berikan sudah diblender jadi satu dan dibentuk bulat-bulat, yang harus diminum 3 x 2 sehari,” katanya.

Selanjutnya, setiap seminggu sekali hingga enam kali pertemuan, pasien diminta untuk datang lagi kepadanya. Rata-rata, katanya, setelah enam minggu pasien mendapatkan kesembuhan.

Sekali kunjungan, Nyo mematok harga Rp 200.000 untuk berbagai macam kasus. Sementara harga ramuan yang diresepkannya mencapai jutaan rupiah. Ia mengaku harga ramuan dan jasa yang ditawarkannya adalah yang termahal di Indonesia.

http://www.gayahidupsehatonline.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=3&artid=245

Waspadai Gangguan Saraf

dari Sinar Harapan

Kebanyakan pengendara motor memakai helm dimotivasi oleh peraturan lalu lintas, bukan kesadaran pribadi. Bayangkan kalau tiba-tiba saja terjadi kecelakaan. Bahkan sebuah helm sekali pun belum bisa menjamin pengendara motor selamat dari kecelakaan. Walau terhindar dari gegar otak, masih banyak luka lain yang bisa diderita.

”Di Amerika Serikat (AS), kecelakaan motor merupakan salah satu penyebab paling besar terjadinya brachial plexus selain tertembak senjata api dan bawaan saat lahir,” jelas Prof.Dr. Daniel H.Kim, ahli bedah saraf dari Jurusan Bedah Saraf Stanford University, AS kepada pers pada Workshop Brain and Spine Managament di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RSPIK), Jakarta, Kamis(3/7).
Pengertian istilah branchial plexus sendiri adalah sebuah jaringan yang terbentuk oleh serat-serat yang berada di antara bahu dan leher. Dari sekian banyak gangguan saraf, brancihal plexus ini menempati urutan tertinggi di negeri Paman Sam tersebut, yakni 1.019 kasus sejak 1968-2000.
Kim menjelaskan, di AS biasanya penanganan kasus seperti kecelakaan motor yang menyebabkan orang tidak mampu menggerakkan tangannya, dilakukan oleh seorang dokter ahli saraf. ” Di sana tidak aneh kalau ahli saraf menangani pasien semacam itu. Memang tampaknya kasus itu lebih cocok ditangani ahli tulang, tapi tidak selalu,” tambah Kim. Ini disebabkan penyebab ketidakmampuan pasien menggerakkan tangannya lebih dipicu oleh gangguan saraf, bukan sekadar otot. Branchial plexus sendiri terkait dengan sumsum tulang belakang, salah satu sistem saraf pusat tempat di mana berbagai gerakan tubuh mendapat perintah motorik.
Selain kecelakaan, kasus branchial plexus bisa disebabkan pula oleh trauma saat lahir. Sebanyak 90 persen kasus branchial plexus pada anak-anak diakibatkan oleh penarikan yang berlebihan ketika seorang bayi lahir. Menurut portal kesehatan E-medicine.com, potensi penderita gangguan saraf ini adalah satu atau dua orang bayi dari sekitar 1.000 kelahiran. Dari jumlah itu 80 persennya bisa pulih dengan cara operasi.
Pemicu branchial plexus lain adalah tertembak, keseleo atau peregangan urat saraf, juga pasien penderita kanker yang menjalani terapi radiasi terlalu lama. Setiap kasus ini bisa pulih dengan jalan bedah saraf, di mana setiap fungsi saraf diperbaiki letak dan kondisinya. Kim berpendapat, waktu pemulihan yang diperlukan oleh setiap orang setelah operasi berbeda satu sama lain. Semakin muda usia pasien, makin cepat pula pulihnya. Ini karena sel saraf memiliki sifat regenerasi atau memperbarui diri sendiri. ” Pada anak-anak biasanya bisa pulih dalam tempo beberapa bulan saja. Tapi pada orang dewasa bisa beberapa tahun,” tambahnya.

Tak Harus Bedah
Tindakan bedah tidak selalu harus diambil untuk menangani pasien branchial plexus. Masih bisa dilihat perkembangan kesehatannya sesuai dengan setiap kasus yang dihadapi. Pada kasus kecelakaan motor misalnya, bedah bisa ditunda hingga enam bulan untuk melihat apakah sel saraf bisa pulih dengan dibantu obat-obatan atau terapi fisiologi. Namun pada kasus tertembak atau terpotong sesuatu, bedah harus segera dilakukan bila memang langsung berhubungan dengan sel saraf yang rusak.
Di Indonesia, kasus branchial plexus tergolong banyak terjadi. Namun berdasar penuturan. Prof. Dr.Satyanegara,MD,Sp.BS, Senior Director RS PIK, belum ada data statistik khusus yang mencatat angkanya. Bisa jadi kasusnya lebih banyak dari yang diketahui.
” Sumsum tulang belakang merupakan pusat dalam otak. Untuk menggerakkan organ tubuh, otak memerintahkan jaringan tersebut dan menyampaikannya pada setiap bagian tubuh,” jelas Satranegara kepada pers dalam kesempatan serupa. Maka setiap terjadi kecelakaan yang mengenai sumsum tulang belakang bisa berakibat kelumpuhan. Yang menjadi kendala dalam penanganan kasus saraf di Indonesia adalah kerumitan sistem saraf manusia yang membuatnya sulit diketahui kelainannya.
Namun kini Indonesia mulai mengenal teknik operasi dengan mikroskop, sehingga bagian sel saraf terkecil sekali pun bisa terlihat jelas. ” Dengan begini maka bisa dibedakan dengan mudah mana saraf normal dan tidak normal, sehingga pembedahan bisa meminimalisir gangguan fungsi bagian saraf lain,” tutur Satya. Kendala lain adalah alat operasi yang ada di Indonesia mayoritas belum memiliki kadar sensitivitas setinggi alat operasi di negara maju.
Di RS PIK, kasus gangguan sumsum tulang belakang dalam satu tahun bisa terdapat tiga hingga lima kasus. Sedangkan gangguan saraf otak hampir ada setiap hari. Satya berpendapat, penyakit yang berhubungan dengan saraf di Indonesia masih belum tersosialisasi. Ketika seseorang mengeluh sakit kepala, ada banyak hal yang memicunya, salah satunya adalah gangguan saraf. Namun ia mengaku agak bingung mensosialisasikan penyakit saraf ini, sebab jika setiap sakit kepala selalu dicurigai sebagai kelainan saraf, maka bisa-bisa setiap orang dihantui ketakutan.
Dibanding dengan negara maju, rumah sakit yang menangani penyakit saraf masih sangat terbatas. Di Jepang misalnya, ada yang bernama ”Brain Doc”, yakni sebuah pusat pemeriksaan khusus otak. Dari pemeriksaan pusat-pusat saraf di Jepang, diketahui bahwa setiap 400-500 orang, enam persennya menderita kelainan pembuluh darah yang bisa berimbas stroke.
Gangguan saraf tidak selalu harus berakhir di kamar operasi. Pada kasus gangguan saraf ringan masih bisa tertolong dengan tindakan pemberian obat atau terapi fisiologi. Namun Satya menyarankan, begitu seorang pasien sudah memiliki gejala kelumpuhan, maka tindakan operasi harus segera dilakukan sebelum sistem saraf benar-benar rusak dan tak bisa dipulihkan. Sebab jika tidak maka pasien bisa menderita kelumpuhan selamanya.
Sampai saat ini kasus kelainan saraf yang ada di RS PIK sendiri 40 persennya adalah gangguan sumsum tulang belakang, 40 persen adalah tumor otak, 20 persen lagi adalah stroke akibat kelainan pembuluh darah. Kualitas pemulihan atau recovery yang dialami pasien tergantung pada kondisi setiap kasus. Seperti pada kasus tumor otak, sangat tergantung pada lokasi tumor itu berada. ” Biasanya pada kasus kelainan sumsum tulang belakang, pasien bisa pulang setelah menjalani rawat inap dua hari sehabis operasi. Tapi kalau tumor sumsum tulang belakang bisa dua minggu,” demikian Satya. Maka, jangan sesekali menyepelekan saraf. Walau dari luar tak kentara, tapi cukup vital fungsinya.(mer)
PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu "panca indera yang penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan suatu kebutaan akan menyebabkan kerugian yang tidak temilai besarnya bagi seorang penderita. Sehingga suatu gangguan penglihatan yang datangnya secara
mendadak akan selalu mendorong penderita untuk segera me-meriksakan matanya kepada seorang dokter.
Sebab gangguan penglihatan yang mendadak sangat banyak. Bilamana ditinjau dari lamanya terjadi gangguan penglihatan, maka didapatkan gangguan penglihatan yang lama dan ganggu-an penglihatan yang bersifat hanya sebentar saja. Mengenai keadaan terakhir ini, sering penderita datang untuk memeriksa-
kan dirinya kepada seorang dokter saraf karena biasanya di- sertai dengan kelainan dalani berjalan (ataxia) atau sakit ke-pala.
Salah satu sebab timbulnya gangguan pcnglihatan menda-dak dan berlangsung hanya sebentar ialah "Papilloedema, Papilitis, Neuritis retrobelber ”



PAPILOEDEMA

Defenisi
Papilloedema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi dari pada diskus optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang letaknya di dalam tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya.Beberapa istilah yang dapat diterangkan sama denganpapilloedema ialah menurut
GRAEFE , (1860)dimana beliau menggunakan istilah "Stauungs oedema pada pembengkakan diskus optikus dengan eievasi melebihi 2 Dioptri.
Sedang PA RSON (1908) menggunakan istilah "Papilloedema”pada kasus-kasus dengan pembengkakan diskus optikus dengan elevasi lebih dari 2 Dioptri dan proses ini berhubungan dengan kenaikan tekanan intra kranial.Akhirnya istilah "Choked disc sering dipakai untuk menerangkan bahwa terjadi papilloedema yang berat dan disebabkan oleh tekanan intra kranial yang meningkat.

ANATOMI
Diskus optikus (papilla N. Opticus) merupakan bagian dari nervus optikus yang terdapat intra okuler dimana dapat dilihat dengan pemeriksaan memakai alat Ophthalmoscope.
Adapun bagian-bagian dari Nervus Optikus yang mempunyai
panjang 50,0 mm itu adalah sebagai berikut (3,5) :
· Bagian intra okuler sepanjang 0,70 mm
· Bagian intra orbita sepanjang 33,00 mm
· Bagian intra kanalikuler sepanjang 6,00 mm
· Bagian intra kranial sepanjang 10,00 mm
Ncrvus Optikus ini muncul dari belakang bola mata (orbita)melalui lubang pada sclera dengan diameter sekitar 1,50 mm.Sedang letak dari pada diskus optikusnya berada sekitar 0,3mm di bawah dan 1,0 mm disebelah nasal fovea centrales.

PATOGENESIS :

Sampai sekarang masih belum jelas benar akan mekanisme pembentukan papilloedema, tetapi beberapa sarjana telah berusaha untuk menerangkannya dengan berbagai macam te-
ori. Yang dapat disebutkan disini ialah ·
Adanya penyumbatan pada bagian belakang dari nervus optikus yang disebabkan oleh konstriksi vena yang melewati ruang intra-vaginal. Penyempitan ini terjadi akibaI kenaikan tekanan intra kranial . Teori ini
untuk pertama kali dikemukakan oleh SCHWALBE :
Tekanan cairan otak (cerebro spinal) yang meningkat,akan menekan sepanjang ruang peri-vaskuler dari pembuluh darah serabut-serabut saraf dan akan meresap ke dalam saraf dan disklis optikus .·
BEHR berpendapat bahwa pada saraf normal akan terjadi pengaliran cairan kebelakang sepanjang nervus optikus. Papilloedema akan terjadi bilamanaada hambatan pengaliran cairan tersebut.
MA RCHESANI (1930 -- 1931) mengatakan bahwa timbulnya papilloedema adalah karena proscs pembengkakan dari bagian-bagian otak dan akan menialar ke diskus optikus.·
WATKINS, WAGENERdan BROWN beranggapan bahwa papilloedema timbul karena reaksi lokal dari jaringan
saraf optikus terhadap anoxaemia akibat hilangnya darah (pada penderita dengan Thrombocytopenic
purpura).Berdasarkan terori-teori yang telah disebutkan di atas, maka WOLINTZ menarik kesimpulan bahwa pathogenesa papilloedema disebabkan beberapa faktor yaitu : anatomi; vaskuler;mekanis dan metabolik. Walaupun sarjana tersebut condong untuk menyatakan bahwa salah satu faktornya ialah kenaikan tekanan intra kranial, dimana kenaikan tersebaut akan menyebabkan pembendungan sirkulasi kapiler pada lamina cribrosadan diskus optikus.

PENYEBAB PAPILLOEDEMA

WOLINTZ menyebutkan pembagian penyebab papilloedema meniadi empat golongan besar yaitu :
Kenaikan Tekanan Intra Kranial :(i) Tumor Otak,
terutama yang letaknya infra tentorial seperti : tumor cerebellum(otak kecil), tumor pada ventrikel ke-IV, tumor pada fossacranii anterior dan medius, craniopharyngioma, dan lain-lain.
Hypertensi Intra Kranial Yang Benigna/Pseudo Tumor
Cerebri :
(i) thrombosis vena intra kranial, (ii) gangguan endokrin seperti : Addison s disease, Cushings disease, kelainan Ovarium (menstruasi, obesitas, kehamilan dan lain-lain).(iii) absces otak. (iv) subarachnoid/sub-dural haemorrhage.(v) hydrocephallus.

Penyakit-Penyakit Pada Orbita :
tumor dari nervus optikus,
thyroid ophthalmopathy.
Penyakit-Penyakit Pada Mata :
glaucoma akut, hypotoni
oleh karena rudapaksa, operasi atau uveitis.
Penyakit-Penyakit Sistemik :
hypertensi yang maligna,
blood dyscrasia, anaemia dan pulmonary insufficiency.

GEJALA DAN TANDA

Gejala :
Seringkali gejala yang dikeluhkan seorang penderita dengan papilloedema adalah ringan sekali atau malahan tanpa disertai keluhan sama sekali. Bilamana ada keluhan, maka ini dapat berupa sakit kepala, muntah-muntah dan gangguan dalam berjalan. Gangguan di atas mendorong penderita untuk
memeriksakan dirinya ke dokter terutama dokter saraf.Keluhan lainnya berupa gangguan penglihatan yaitu tiba-tibamata menjadi kabur dan dalam tiga sampai lima detik penderita sudah membaik lagi. Akan tetapi bilamana proses sudah berjalan lama, maka gangguan penglihatannya sangat berat dan nyata.
Tanda-Tanda :
Tanda-tanda yang ditemukan seringkali merupakan tanda-tanda gabungan antara tanda neurologis dan
tanda ophthalmologis, walaupun tanda dari bagian sarafnya lebih menyolok. Tanda neurologis yang sering dijumpai adalah : Ataxia, hemiparese atau hemiplegia, parese dan paralyse saraf-saraf kranial
yaitu : nervus kc V, VI, VII ; kejang, occipital headache, aphasia, anosmia, deafness dan tinnitus, Foster Kennedy dan lain lain. Tanda ophthalmologis yang ditemukan ialah : Bilateral/uni-lateral papilloedema, parese dan paralyse N. III., N. IV., N.VI, nystagmus, lagophthalmos, hemianopsia dan gangguan penglihatan.


PADA PEMERIKSAAN OPHTHALMOSCOPI

Akan didapatkan kelainan :
BATAS PAPIL KABUR :
Kekaburan dari batas papil ini dimulai pada bagian atas dan bawah, selanjutnya akan menjalar kebagian nasal . Sedang batas papil bagian temporal biasanya masih baik dan paling terakhir menjadi kabur. Secara ophthalmoscopi ini berakibat diameter diskus optikus menjadi lebih besar. HYPERAEMIPAPII.
Keadaan ini merupakan tanda yang paling dini dari adanya papilloedema. Hal di atas disebabkan karena dilatasi kapiler, sedangkan bila terdapat dilatasi dan oedema bersama-sama maka akan berwarna merah
abu-abu
ELEVASI PAPIL.
Tinggi elevasi dari papil dapat ditentukan dengan membandingkan pembuluh darah papil yang terlihat jelas dengan melihat terang pembuluh darah retina. Elevasi ini diukur dengan Dioptri (biasanya lebih dari 2 Dioptri). Untuk menghindari akomodasi pemeriksa dianj urkan memakai lensa positif terkuat atau negatif terlemah
Interpretasinya :
· pada mata yang phakic/ada lensanya, maka 3 Dioptri sesuai dengan 1,0 mm.
· pada mata aphakic/tanpa lensa, maka 2 Dioptri sesuai dengan 1,0 mm.

DIAGNOSA BANDING

PAPILLITIS ,NEURITIS RETROBULBER
Biasanya terjadi unilateral. Tajam penglihatan sangat terganggu secara cepat dan berat, adaptasi sinar sangat terganggu/reaksi pupil terganggu. Didapatkan adanya perivascular sheath dan elevasi papil
kurang dari 3 Dioptri. Blind spot melebar dan terdapat central scotoma. Didapatkan juga mild hyperfluorescein dengan atau tanpa kebocoran.


PSEUDO PAPILLOEDEMA.
Biasanya bilateral dan congenital, tajam penglihatan menurun tapi masih dapat dikoreksi.Seringkali pada hypermetropia dengan elevasi papil mencapai 6 Dioptri. Tidak ditemukan adanya pembengkakan, eksudat
dan perdarahan dan tidak ditemukan kebocoran dan perembesan fluorescein diluar papil. Penyebabnya adalah : myelinated nerve fibres, drusen,erescent (congenital, myopia), coloboma dan neoplasma pada
diskus optikus.

PENGOBATAN

Pengobatan selalu ditujukan pada penyebabnya yaitu dengan menurunkan tekanan intra kranial oleh seorang dokter saraf atau bedah otak. Bilamana hypertensi yang menjadi faktor penyebab, maka tekanan darah harus diturunkan dengan obat-obatan oleh seorang ahli penyakit dalam. Setelah penyebab papillocdema tclah dihilangkan, maka papilloedema akan mereda dengan batas papil mulai jelas kcmbali bahkan kadang-kadang tanpa meninggalkan bekas
.
PROGNOSA (3):

Papilloedema yang telah lama mempunyai prognosa yang jelek bagi penglihatan karena timbulnya penyempitan konsentris dari yojana penglihatan yang progresif. Penanggulangan yang kurang cepat dan tepat akan menjurus pada papil atrofi. Bilamana papilloedema timbul secara cepat maka ini akan merupakan tanda prognosa kurang baik. Papilloedema dengan elevasi lebih dari 5 Dioptri, disertai de-
ngan perdarahan dan eksudat yang banyak akan memperjelek prognosa penglihatan.

PAPILITIS

Papilitis (Neuritis Optikus) adalah peradangan pada ujung saraf optik yang masuk ke dalam mata.
Palpitis bisa terjadi akibat berbagai keadaan, meskipun penyebabnya yang pasti tidak dapat ditentukan. Pada penderita yang berusia diatas 60 tahun, kemungkinan penyebabnya adalah arteritis temporalis.
Papilitis juga bisa terjadi karena virus dan penyakit kekebalan. Papilitis biasanya hanya menyerang satu mata, tetapi tidak tertutup kemungkinan kedua mata akan terkena. Gejalanya berupa penurunan fungsi penglihatan, yang bervariasi mulai dari bintik buta yang kecil sampai kebutaan total yang terjadi dalam waktu 1-2 hari. Penderita bisa merasakan nyeri atau tidak sama sekali.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
- pemeriksaan lapang pandang
- pemeriksaan olftalmoskop
- pemeriksaan respon refleks pupil
- CT scan atau MRI mata.
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
Kortikosteroid sering diberikan sebagai pengobatan awal.

NEURITIS RETROBULBER

Neuritis Retrobulber adalah peradangan pada bagian dari saraf optikus yang terletak tepat di belakang mata. Biasanya kelainan ini hanya menyerang satu mata.
Penyebab tersering adalah sklerosis multipel.
Kadang penyebabnya tidak diketahui. Dengan segera akan terjadi penurunan fungsi penglihatan dan jika mata digerakkan akan timbul nyeri.
Sekitar 50% kasus menunjukkan perbaikan dalam waktu 2-8 minggu meskipun tanpa pengobatan.
Penglihatan kabur di pusat lapang pandang kadang menetap dan sering terjadi kekambuhan, terutama jika penyebabnya adalah sklerosis multipel.
Setiap kekambuhan akan memperburuk fungsi penglihatan.
Saraf optikus bisa mengalami kerusakan permanan dan kadang serangan berulang menyebabkan kebutaan total.
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya dan biasanya diberikan kortikosteroid.



Penyebab Palpitis & Neuritis Retrobulber
1.Sklerosis multipel
2.Penyakit virus
3.Arteritis temporalis dan peradangan arteri lainnya
4.Keracunan bahan kimia (misalnya timah hitam, metanol)
5.Tumor yang telah menyebar ke saraf optikus
6.Reaksi alergi terhadap sengatan lebah
7.Meningitis
8.Sifilis
9.Uveitis
10.Arteriosklerosis.

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/kelainan-saraf-optikus.html

Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

  1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
  2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
  3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.

Gambar 2
Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf kranial

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis
yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf Otonom

Parasimpatik
Simpatik
  • mengecilkan pupil
  • menstimulasi aliran ludah
  • memperlambat denyut jantung
  • membesarkan bronkus
  • menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
  • mengerutkan kantung kemih
  • memperbesar pupil
  • menghambat aliran ludah
  • mempercepat denyut jantung
  • mengecilkan bronkus
  • menghambat sekresi kelenjar pencernaan
  • menghambat kontraksi kandung kemih

Terjadinya Gerak Biasa dan Gerak Refleks

Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Gbr. Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme
jalannya impuls pada lutut yang dipukul

Mekanisme Pengantar Impuls

Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut. 1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.

Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.

Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.

Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.

2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis

Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor ke otot? Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.

Gbr. Lokasi, anatomi, dan cara kerja sinapsis

Sel Saraf

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.

SEL SARAF

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Struktur Sel Saraf

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).

Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

Gbr. Akson yang diperbesar

Gbr. Struktur Sel Saraf

Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.

Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).

1.

Sel saraf sensori

Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

2.

Sel saraf motor

Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.

3.

Sel saraf intermediet

Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

Gbr. Struktur ganglion gabungan fari badan sel saraf